Banyak keluhan masyarakat jika tahun ajaran baru maka diikuti kurikulum
baru. Dampaknya buku-buku baru dan berbuntut pada pembengkakan biaya
yang dikeluarkan orang tua siswa.
Hal ini dipahami oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), M Nuh. Bagi M Nuh, pihaknya bisa
saja membuat kurikulum yang sama untuk sepanjang hayat dan tidak berubah
sama sekali.
"Banyak keluhan tiap tahun ajaran baru, kuriulum
baru. Lalu muncul pertanyaan apa tidak bisa membuat kurikulum tetap?
Bisa, tentu bisa," kata M Nuh di depan peserta Pelatihan Instruktur
Nasional Guru SD se Papua Barat yang digelar di Hotel Mambreno, Sorong,
Jumat (9/4/2014).
Namun kurikulum sepanjang hayat itu bisa
dibentuk jika tidak ada perubahan di masyarakat. Dari perubahan sosial,
perubahan industri, perubahan ekonomi dan sebagainya.
"Tapi apa bisa tidak ada perubahan masyarakat?" ujar M Nuh balik bertanya.
Nah,
karena masyarakat berubah maka kurikulum pun harus ikut berubah. Hal
ini semata-mata untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi kondisi
masyarakat yang telah berubah jauh.
"Apa iya, anak-anak kita
harus diajar sama terus padahal masyarakatnya berubah. Kasihan anak-anak
kita," ucap mantan Rektor ITS Surabaya itu.
Sebagai gambaran, M
Nuh mennyontohkan cantik a la lukisan Monalisa. Di era Renaissance, yang
namanya perempuan cantik Eropa adalah seperti Monalisa: gemuk dengan
pipi tembem. Namun seiring zaman, kini cantik adalah perempuan yang
kurus, bahkan berat badan di bawah ideal.
"Ndak papa kurikulum berubah, asalkan anak-anak kita bisa menjawab tantangan zaman," pungkas M Nuh.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar