Jumat, 09 Mei 2014

Tahun Ajaran Baru, Kurikulum Baru, Buku Baru? Ini Kata Mendikbud

Banyak keluhan masyarakat jika tahun ajaran baru maka diikuti kurikulum baru. Dampaknya buku-buku baru dan berbuntut pada pembengkakan biaya yang dikeluarkan orang tua siswa.

Hal ini dipahami oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), M Nuh. Bagi M Nuh, pihaknya bisa saja membuat kurikulum yang sama untuk sepanjang hayat dan tidak berubah sama sekali.

"Banyak keluhan tiap tahun ajaran baru, kuriulum baru. Lalu muncul pertanyaan apa tidak bisa membuat kurikulum tetap? Bisa, tentu bisa," kata M Nuh di depan peserta Pelatihan Instruktur Nasional Guru SD se Papua Barat yang digelar di Hotel Mambreno, Sorong, Jumat (9/4/2014).

Namun kurikulum sepanjang hayat itu bisa dibentuk jika tidak ada perubahan di masyarakat. Dari perubahan sosial, perubahan industri, perubahan ekonomi dan sebagainya.

"Tapi apa bisa tidak ada perubahan masyarakat?" ujar M Nuh balik bertanya.

Nah, karena masyarakat berubah maka kurikulum pun harus ikut berubah. Hal ini semata-mata untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi kondisi masyarakat yang telah berubah jauh.

"Apa iya, anak-anak kita harus diajar sama terus padahal masyarakatnya berubah. Kasihan anak-anak kita," ucap mantan Rektor ITS Surabaya itu.

Sebagai gambaran, M Nuh mennyontohkan cantik a la lukisan Monalisa. Di era Renaissance, yang namanya perempuan cantik Eropa adalah seperti Monalisa: gemuk dengan pipi tembem. Namun seiring zaman, kini cantik adalah perempuan yang kurus, bahkan berat badan di bawah ideal.

"Ndak papa kurikulum berubah, asalkan anak-anak kita bisa menjawab tantangan zaman," pungkas M Nuh.

SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar